Rabu, 08 Desember 2021

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PUISI DENGAN PETA KONSEP PADA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI JOGLO 76 SURAKARTA

 


 

ABSTRAK

 

Penelitian ini mendeskripsikan memiliki 4 tujuan. (1) Penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep. (2) Penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep. (3) Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep. (3) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi sumber dan teknik. Hasil dari penelitian ini ada 4 kesimpulan. (1) Proses penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep dimulai dari workshop penyiapan perangkat pembelajaran berupa Silabus, Program Tahunan, Program Semester, RPP tentang keterampilan menulis karangan. (2)  Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsepmengacu pada tujuan pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. (3) Evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep dengan menyiapkan instrumen supervisi dan melaksanakan supervisi untuk melihat tingkat keberhasilan guru di kelas dan melakukan pembinaan terhadap hasil supervisi.

Kata kunci: pengelolaan, pembelajaran, puisi, peta konsep.

 

ABSTRACT

 

This study describes having 4 objectives. (1) Preparation of  learning management of writing essay with the media of image. (2)  Implementation of writing essay with the media of image. (3) Evaluation of the implementation of writing essay with the media of image. This study uses qualitative research with an ethnographic approach. Data collection techniques through interviews, observation and documentation. Data analysis techniques are carried out using several stages, namely data collection, data reduction, data presentation, and data verification. Data validity testing is carried out using source and technique triangulation techniques. The results of this study are 3 conclusions. (1) The process of preparing a learning management of writing essay with the media image  starts from the workshop on preparing learning tools in the form of Syllabus, Annual Programs, Semester Programs, RPP on writing essay. (2 The implementation writing essay with the picture media refers to the learning objectives listed in the RPP in accordance with the Competency Standards, Basic Competencies and Indicators. (4) Evaluation in the implementation of wri by preparing a supervision instrument and carrying out supervision to see the success rate of teachers in the classroom and to guide the results of supervision.


Keywords: management, learning, poetry, Mind Mapping.

 


A.      PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha orang dewasa dan pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing perkembangan jasmani (ketrampilan), perilaku (karakter), dan pikiran intelektual. Proses belajar mengajar adalah suatu aktivitas interaktif dari berbagai komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam suatu perencanaan pembelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah system yang terdiri dari barbagai komponen yang saling berhubungan dan saling memperngaruhi satu sama lain. Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan demi keberhasilan dari proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas antara lain adalah: tujuan pembelajaran, kurikulum, guru, murid, pendekatan mengajar, materi, metode, sumber belajar, media pembelajaran, dan evaluasi. Guru memegang peranan yang sangat penting terhadap hasil dari sebuah pembelelajaran. Oleh karena itu, guru harus benar-benar menguasai tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) yakni menyelenggarakan pembelajaran yang baik.Salah satu mata pelajaran adalah Bahasa Indonesia, siswa dilatih untuk terampil menulis, meningkatkan pengetahuan dan juga menumbuhkembangkan hobi menulis bagi siswa. Guru diharapkan memahami berbagai hal yang berkaitan dengan keberadaan siswa, termasuk minat, sikap, perkembangan emosional dan lingkungan budaya mereka. Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat mengidentifikasi masalah yang ada di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), tetapi juga guru diharapkan kreatif di dalam menyelesaikan masalah tersebut untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran.

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan terhadap kepala sekolah dan guru kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta diperoleh informasi tentang model pembelajaran yang digunakan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya dalam beberapa tahun terakhir ini. SD Negeri Joglo 76 sudah menggunakan model peta konsep dalam pembelajaran puisi untuk memudahkan siswanya dalam memahami dan menciptakan puisi sebagai sebuah karya sastra. Selain hal itu, sekolah tersebut juga sarat akan prestasi, di antarannya sebagai sekolah adiwiyata tingkat provinsi dan akan maju lagi untuk tingkat nasional pada tahun ajaran 2018/ 2019 untuk mewakili Provinsi Jawa Tengah. Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan yang indah. Seluruh warga sekolah menciptakan, merawat, dan meningkatkan kualitas hidup sehat di lingkungan sekolah dengan membuat sekolah menjadi hijau, menjaga kebersihannya, pemisahan sampah organik dan anorganik, pembuatan pupuk kompos dari sampah organik, dan masih segudang prestasi lainnya yang telah diraih oleh sekolah tersebut. Hal- hal tersebut di atas menjadikan penulis tertarik untuk melakukan pengkajian terhadap pembelajaran puisi dengan peta konsep pada siswa kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta.

Meskipun notabene sekolah yang sarat akan prestasi, tetapi peneliti masih menemukan siswa yang sulit dalam menulis puisi, diantaranya dalam membuat tema puisi, kesulitan mengembangkan ide dalam puisi, memilih kata yang tepat(diksi), dan penggunaangaya bahasa dalam puisi.  Hal yang dijumpai ketika penelitian, setelah tema puisi ditentukan, siswa sulit dalam mengembangkannya sehingga puisi tidak bisa selesai dengan baik, karena kekurangmampuan siswa untuk mengembangkan ide-ide berdasarkan tema yang telah ditentukan sebelumnya. Beberapa hal yang menjadi alasan siswa dikatakan kesulitandalam mengembangkan ide dalam penulisan puisi antara lain: 1) Waktu yang dibutuhkan siswa cukup lama dalam menyelesaikan menulis puisi, 2) Variasi antara satu siswa dengan siswa lainnya dirasa masih kurang dalam menentukan judul dengan tema yang sama, 3) baris setiap baitnya relatif sedikit, 4) Pemilihan kata (diksi) masih kurang tepat, 5) Gaya bahasa yang masih belum banyak ditemukan (jarang), sehingga lebih nampak seperti sebuah karangan narasi dari pada sebuah puisi.

Jika dilihat dari suasana ketika pembelajaran puisi berlangsung, terlihat siswa tampak bosan atau kurang tertaik, indikasinya adalah: 1) Siswa melakukan hal-hal yang bersifat non akademismisalnyamengobrol dengan teman semejanya dari pada menyelesaikan tugas puisinya, 2) Ada beberapa siswa yang selalu bertanya kepada temannya tentang menulis puisi, bahkan banyak siswa mencontek hasil puisi temannya, 3) Suasana kelas ramai, 4) Beberapa siswa menulis puisi dengan mencontoh puisi yang sudah ada di bukunya.

Hal-hal tersebut di atas terjadi karena antara lain: (1) Siswa belum melibatkan ikatan secara emosional terhadap penulisan puisi, misalnya mengambil materi puisi dari pengalaman hidupnya; (2) Rendahnyaliterasi siswa; (3) Siswa belum mampu membedakan karangan narasi dengan karya sastra bentuk puisi; (4) Siswa belum pandai menggunakan gaya bahasa atau majas; (5) Apresiasi guru terhadap puisi karya siswa masih kurang; (6) Terbatasnya guru dalam kemampuan mengajarkan sebuah puisi; (7) Alokasi waktu untuk pelajaran puisi masih kurang; dan (8) Kurang tepatnya metode guru dalam pembelajaran puisi.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran puisi kurang menarik bagi siswa. Siswa mengembangkan puisi dari tema yang sudah diberikan oleh gurunya. Guru harus kreatif dalam menentukan metode ataupun teknik dalam mengajarkan materi puisi terhadap peserta didiknya. Pembelajaran menuangkan ide- ide dalam penciptaan puisi dengan model peta konsep adalah salah satunya.

Ada beberapa teori yang mengatakan penggunaan peta konsep dalam proses kegiatan belajar mengajar. Peta konsep memberikan kemudahan bagi otak untuk menerima sebuah materi dan mengambilnya kembali sewaktu-waktu (Buzan, 2011 : 4). Peta konsepadalah salah satu alternatif solusi yang dirasa tepat sesuai dengan namanya, dapat memetakan informasi-informasi di dalam kepala. Dengan melihat peta konsepkita dapat mengetahui ide pokok dan ide-ide penjelasnya. Sistem ini seolah-olah peta yang bisa menunjukkan kota, desa-desa dan kenampakan alam lainnya beserta jalan yang menghubungkannya.

Kehebatan dari peta konsep ini adalah dapat mengeluarkan ide-ide dari kepala dan membantu siswa memunculkan ide-ide dari sebuah kata kunci yang masih bisa dikembangkankemudian dibuat menjadi puisi  yang indah. Kelenturan alur pada peta konsep dapat membantu siswa menggali ide sebanyak-banyaknya secara bebas tanpa dibatasi seperti pada alur diagram misalnya.Fleksibiltas dari alur peta konsep inilah yang dapat memacu siswa untuk dapat mengembangkan ide, siswa dapat membuat beraneka ragam alur peta konsep yang berupa bentuk laba-laba, akar pohon, gurita, dan bentuk yang lain sesuai dengan kreativitas siswa.

Mengingat arti pentingnya pengelolaan pembelajaran puisi menggunakan peta konsep dalam menuangkan ide- ide dari sebuah tema untuk membuat puisi dan berbagai hambatan yang melingkupinya, maka hal ini menjadikan menarik bagi peneliti untuk membahas tentang ”Pengelolaan Pembelajaran Puisi dengan Peta Konsep pada Siswa Kelas Tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta”.

 

B.      METODE PENELITIAN

        Berkaitan dengan masalah yang dikajipenelitian ini mendeskripsikan4 hal.1. Perencanaan penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo No. 76 Surakarta; 2. Penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo No. 76 Surakarta; 3. Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo No. 76 Surakarta; 4. Evaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo No. 76 Surakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2012:1) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, penelitian sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data melalui triangulasi. Penelitian ini akan mendalami, menguraikan, dan mendeskripsikan data-data tentang pembelajaran puisi dengan peta konsep di SD Negeri Joglo 76 Surakarta berupa perencanaan penyiapan kurikulum, penyiapan guru kelas, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran. yang disajikan dalam bentuk deskripsi berupa kata-kata.Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji kredibilitas data. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

 

C.      HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.       Perencanaan penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta

Pada tahap perencanaan penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi dimulai dari kegiatan workshop penyiapan perangkat pembelajaran. Perencanaan perangkat pembelajaran diantaranya adalah pembuatan silabus, program tahunan, program semester, RPP, serta pembuatan program/ jurnal harian sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi terdapat 5 kegiatan.

a.     Kegiatan pembelajaran diawali dengan workshop penyiapan perangkat pembelajaran berupa Silabus, Prota, Promes, RPP.

Kegiatan pembelajaran di sekolah dasar ini diawali dengan penyiapan kurikulum pembelajaran melalui workshop penyiapan perangkat pembelajaran berupa Silabus, Program Tahunan, Program Semester, RPP (PP RI nomor 19 tahun 2005). Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep di sekolah ini melibatkan kepala sekolah dan semua guru, seperti penelitian Meirawan (2010) yang menyatakan untuk mewujudkan atau mendarah dagingkan budaya yang menjadi karakter manusia bermartabat  yaitu damai (yang menjadi estetika) yang dapat diteruskan kepada orang lain dan generasi selanjutnya perlu waktu yang cukup berkesinambungan dengan keikutsertaan berbagai pihak melalui transformasi budaya dan pendidikan sepanjang hayat bagi semua.

b.     Perencanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi belum bisa dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh dikarenakan banyaknya unsur-unsur puisi yang belum dapat dikuasai siswa kelas tinggi dan banyaknya materi pelajaran yang diajarkan di kelas

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rahmat Raharjo (2010) penerapan kegiatan perencanaan dalam proses pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menentukan berbagai kegiatan yang akan dilakukan di ruang kelas dalam kaitannya dengan upaya untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam konteks pendidikan berbasis kompetensi, maka tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut adalah kompetensi yang harus dimiliki siswa, sehingga rencana pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam kaitannya dengan upaya mencapai kompetensi yang diharapkan, yakni kompetensi kognitif, afektif, dan kompetensi psikomotor. Banyaknya unsur yang ada pada materi puisi akan terasa lebih mudah bagi siswa jika menggunakan peta konsep. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan jurnal Tsourela Maria (2015) bahwa peta konsep memudahkan dalam memahami konsep-konsep yang banyak.

c.     Guru kelasmenyediakan media atau alat peraga, menyiapkan lembar kerja siswa dan setting kelas.

Guru kelas dalam mempersiapkan pembelajaran puisi dengan peta konsep memerlukan usaha dan kreativitas, salah satu yang bisa dilakukan oleh guru kelas adalah browsing/ googling internet tentang bentuk peta konsep yang cocok, mengingat bentuk atau jenis peta konsep cukup banyak, ada yang sederhana tapi juga ada yang rumit, maka perlu disesuaikan dengan tingkatan kelas siswanya. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Tony Buzan (2011) bahwa peta konsep memudahkan siswa dalam memahami materi puisi karena memiliki berbagai bentuk, dari yang sederhana sampai yang kompleks.

d.     Guru kelas menyiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan urutan format yang ada, menyediakan media, menyiapkan lembar kerja siswa dan lembar evaluasi siswa, dan setting kelas.

Hal- hal yang menjadi fokus dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep antara lain penciptaan puisi, pemilihan diksi yang tepat dan penggunaan majas dalam pembuatan puisi tersebut. Hasil penelitian ini didukung dari jurnal penelitian  Hendijanifard Fatemeh dan Kardan Ahmad (2010) bahwa peta konsep dibuat dengan menambahkan warna-warni pada grafis atau teks dengan kata-kata yang menyertainya, sehingga akan tampak lebih menarik dan memudahkan siswa.

e.     Guru kelas menyiapkan alat ukur untuk mengukur dalam pembelajaran puisi dengan peta kosep.

Pembelajaran puisi dengan peta konsep yang dilakukan oleh guru kelas belum bisa dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh dikarenakan banyaknya unsur-unsur puisi yang belum dapat dikuasai siswa kelas tinggi dan banyaknya materi pelajaran yang diajarkan di kelas. Perencanaan yang telah dibuat ternyata tidak semuanya dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan dikarenakan ada faktor-faktor penghambat yang kurang diperhatikan saat membuat perencanaan hal ini bertentangan dengan pendapat Rahmat (2011) bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is), dengan bagaimana seharusnya (what should be), bertalian dengan kebutuhan penentuan tujuan, prioritas, program dan alokasi sumber. Bagaimana seharusnya dalam definisi ini mengacu pada masa yang akan datang. Perencanaan disini menekankan pada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan apa yang dicita-citakan maksudnya menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian Laura Gurzynski (2006) bahwa penggunaan peta konsep akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik.

 

2.       Penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta

Ada4 hal yang diperoleh peneliti dalam penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta.

a.        Dalam melaksanakan pembinaan professional guru, kepala sekolah bisa menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki kualifikasi D III agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga mereka dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang menunjang tugasnya.

Hal-hal yang dapat dilakukan kepala sekolah adalah dengan melaksanakan pembinaan professional guru, antara lain: menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki kualifikasi DIII agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, bagi yang memiliki kualifikasi S1 melanjutkan ke jenjang S2, sehingga mereka dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang menunjang tugasnya. Hal ini memberikan dampak secara signifikan terhadap proses maupun output dalam kegiatan pembelajaran guru tersebut di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan Stoner, Tim Dosen (2010) yang menyatakan bahwa untuk mencapai suatu tujuan organisasi salah satunya dengan meningkatkan sumber daya manusia secara profesional dan terstruktur dengan baik.

b.       Untuk meningkatkan prefossional guru yang sifatnya khusus, bisa dilakukan kepala sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui seminar dan pelatihan yang diadakan Diknas maupun di luar Diknas. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam membenahi dan metodologi pembelajaran.

Untuk meningkatkan prefossional guru yang sifatnya khusus, bisa dilakukan kepala sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui seminar, pelatihan, pendidikan dan pelatihan, workshop yang diadakan diknas maupun di luar Diknas. Hal tersebut dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam membenahi dan metodologi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Sule dan Saefulla (2010) yang menyatakan bahwa untuk mengimplementasikan program yang sudah baik maka harus didukung oleh sumber daya yang ada, rasa tanggungjawab yang tinggi dari setiap elemen organisasi. Terlebih lagi hal-hal tersebut di atas memiliki andil yang besar dalam karier guru itu sendiri, setiap satu kegiatan di atas memiliki angka kredit yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajukan Penilaian Angka Kredit (PAK) khususnya untuk mendapatkan nilai Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Antusiasme guru untuk mengikuti kegiatan di atas untuk waktu sekarang sangat tampak dan jelas. Hal ini memberikan warna yang baik di dunia pendidikan.

c.        Peningkatan prefessionalisme guru melalui KKG (Kelompok Kerja Guru). Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari berbagai pengalaman mengenai metodologi pembelajaran dan bahan ajar yang dapat diterapkan di dalam kelas.

Peningkatan prefesionalisme guru melalui KKG (Kelompok kerja guru). Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari berbagai pengalaman mengenai metodologi pembelajaran dan bahan ajar yang dapat diterapkan di dalam kelas. Ada kelompok-kelompok kecil berdasarkan kelasnya. Kelompok-kelompok ini akan membuat rencana kerja dan kepengurusan masing-masing.

d.       Meningkatkan kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru tidak dapat diabaikan, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan.

Kesejahteraan guru tidak dapat diabaikan, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan. Hal ini misalnya dengan dibentuknya koperasi sekolah yang menjual peralatan dan perlengkapan sekolah. Keuntungan dari koperasi dapat digunakan untuk memberikan intensif kepada guru diluar gaji. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat fokus ketika harus menyiapkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi  kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Khususnya pembelajaran materi puisi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

 

3.       Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan 5 temuan dalam pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta.

a.        Tujuan pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP sesuai dengan SK, KD, dan Indikator

Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager (Sumiati dan Asra, 2009:10) memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Untuk menyampaikan tujuan pembelajaran sebaiknya dilakukan guru ketika akan memulai kegiatan belajar mengajar, hal ini dimaksudkan supaya siswa mengetahui dan memahami hal-hal yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir. Tujuan pembelajaran adalah penjabaran dari indikator-indikator yang telah ditetapkan oleh guru di RPP.

b.        Materi pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP mengacu kepada tujuan pembelajaran

Robert F. Meager (Sumiati dan Asra, 2009:10) saat mengajar konten materi pelajaran adalah salah satu peran seorang guru, maka guru harus melakukan peningkatan dalam kualitas bangunan dan sumber daya manusia terbesar. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menentukan materi yang akan diajarkan akan mampu menghasilkan peserta didik yang hebat.

c.        Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan.

Penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian usaha tersebut hal ini selaras dengan penelitian Sumiati dan Asra, (2009:92) ketepatan penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi dan kondisi dan waktu. Metode yang digunakan guru disesuaikan dan proporsional terhadap materi yang diajarkan pada siswa, ada metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.

d.        Media pembelajaran yang digunakan adalah gambar atau bentuk peta konsep, LCD

Media pembelajaran juga mempunyai peran dalam memudahkan seorang guru dalam menyampaikan materi kepada anak hal ini sesuai dengan penelitian Kemp dan Dayton (1985: 15) yang mengungkapkan bahwa media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Selain itu, media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

e.        Penilaian pembelajaran yang dipakai adalah penilaian pengetahuan penilaian sikap spiritual, dan ketrampilan.

Bahwa penilaian pembelajaran harus utuh dalam menilai kemampuan anak yang mencakup aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Penelitian ini menemukan bahwa (1) dari segi waktu: waktu untuk menyelesaikan puisi lebih cepat, semua siswa dapat menyelesaikan tugas puisinya, siswa lebih bisa mengontrol waktu; (2) dari segi judul puisi: judul lebih bervariasi, siswa tidak ada yang menyontek, bertema pada lingkungan sekitar, judul sesuai tema yang dikembangkan, judul lebih singkat dan padat; (3) dari segi jumlah baris: jumlah bait dan baris bertambah, pola kalimat mengandung makna, kata sesuai kedudukannya; (4) dari segi diksi: pemilihan kata bagus, makna puitis, isi sesuai konteksnya, kata-kata wajar dapat diterima sesuai usia; (5) dari segi majas: puisi yang dibuat menggunakan majas, majas bervariasi, majas menguatkan makna, sederhana tetapi mudah dimengerti; (6) dari segi suasana pembelajaran puisi dengan peta konsep: siswa aktif dalam KBM, perhatian siswa terpusat pada materi puisi, siswa termotivasi dalam menulis atau mencipta puisi, siswa merasa senang selama KBM.

 

4.       Evaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi SD Negeri Joglo 76 Surakarta

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 2 hal yang didapat darievaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep di SD Negeri 76 Surakarta.

a.        Kepala sekolah menyiapkan instrument supervisi kemudian melaksanakan supervisi untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan guru dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep di kelas tinggi dan melakukan pembinaan terhadap hasil supervisi.

Perencanaan dan pelaksanaan supervisi dimaksudkan untuk mengukur tingkat ketercapaian antara apa yang direncanakan dan yang dihasilkan hal ini sesuai dengan teori Tyler (1949) evaluasi kurikulum adalah upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar (behavior). Sedangkan Cronbach (1980) memberikan definisi evaluasi kurikulum adalah proses pemeriksanaan sistematis terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu suatu kurikulum dilaksanakan dan akibat dari pelaksanaan pengembangan kurikulum tersebut.

b.       Kepala sekolah melakukan tindak lanjut berupa pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Analisis hasil supervise dan berdasarkan kebutuhan hal ini sesuai dengan penelitian Chi-Min (2009) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah-sekolah di Taiwan juga di sekolah-sekolah di tempat lain. (1) Kepala Sekolah dan staf membiasakan diri secara mendalam dengan filosofi dan proses proyek dalam rangka meningkatkan laju pengembangan professional mereka. (2) Guru membutuhkan bantuan dari akademis atau penerbit untuk mengembangkan suara, konsentrasi dan paket kegiatan dan RPP yang terintegrasi, cocok pengembangan kurikulum berbasis sekolah.

 

D.      SIMPULAN

Setelah melaksanakan penelitian yang terdiri dari observasi, pengumpulan data, analisis data serta melakukan perbandingan dengan hasil penelitian yang terdahulu, maka ada 4 kesimpulan dari hasil penelitian ini.

1.     Penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi.

Penyiapan kurikulum dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep di sekolah dasar negeri ini disusun melalui kegiatan workshop awal semester dengan hasil berupa perangkat pembelajaran diantaranya silabus, program tahunan, program semester, RPP. Pembelajaran puisi dengan peta konsep yang direncanakan belum bisa terealisasi secara keseluruhan dikarenakan banyaknya unsur-unsur yang ada pada puisi itu sendiri dan adanya keterbatasan waktu yang tersedia untuk materi yang cukup banyak. Guru kelasmenyediakan media atau alat peraga, menyiapkan lembar kerja siswa, bentuk peta konsep yang cocok, mengingat bentuk atau jenis peta konsep cukup banyak ada yang sederhana tapi juga ada yang rumit, maka perlu disesuaikan dengan tingkatan kelas siswanya, dan terakhir adalah setting kelas. Guru kelas menyiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan urutan format yang ada, menyediakan media, menyiapkan lembar kerja siswa dan lembar evaluasi siswa, dan setting kelas. Hal- hal yang menjadi fokus dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep antara lain penciptaan puisi, pemilihan diksi yang tepat dan penggunaan majas dalam pembuatan puisi tersebut.Guru kelas menyiapkan alat ukur dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep untuk mengukur, antara lain: 1) waktu yang diperlukan siswa untuk membuat puisi lebih cepat, 2) judul yang dibuat siswa lebih variatif, 3) jumlah baris, kata, jumlah majas, dan koherensi, 4) pemilihan diksi, 5) majas sudah mulai digunakan siswa.

2.     Penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi.

Dalam melaksanakan pembinaan profesional guru, kepala sekolah bisa menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki kualifikasi D III agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga mereka dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang menunjang tugasnya.Peningkatkan prefossional guru yang sifatnya khusus, bisa dilakukan kepala sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui seminar dan pelatihan yang diadakan Diknas maupun di luar Diknas. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam membenahi dan metodologi pembelajaran. Peningkatan prefessionalisme guru melalui KKG (KelompokKerja Guru). Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari berbagai pengalaman mengenai metodologi pembelajaran dan bahan ajar yang dapat diterapkan di dalam kelas. Kesejahteraan guru tidak dapat diabaikan, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan. 

3.     Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi

Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi antara lain dengan memperhatikan beberapa hal. Tujuan pembelajaran disusun secara dengan kompetensi dasar dan indikator sehingga memudahkan guru dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep.Materi pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan sehingga membantu guru dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep kepada siswa.Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran cukup bervariatif dan cukup efektif untuk pembelajaran puisi dengan peta konsep kepada siswa.Media yang digunakan berupa LCD, gambar/ bentuk peta konsep membantu guru dalam memudahkan pembelajaran puisi dengan peta konsep. Penilaian yang dilakukan guru mencakup 3 aspek yaitu penilaian pengetahuan, penilaian sikap, dan penilaian ketrampilan, penilaian pengetahuan mempunyai kedudukan yang penting dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep, karena tujuan pembelajarannya adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

4.     Evaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep di sekolah dasar negeri ini.

Kepala sekolah menyiapkan instrumen supervisi dan melaksanakan kegiatan supervisi untuk mengetahui ketercapaian kurikulum yang dilaksanakan. Kepala sekolah menindaklanjuti temuan pada saat supervisi dengan cara melakukan pembinaan secara langsung maupun pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Buzan, Toni. 2011. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

 

Chi- Ming. 2009. The Planning, implementation and evaluation of character-based school culture project in Taiwan, Journal of Moral Education, 38: 2, 165 – 184.

 

Hendijanifard Fatemeh et al. (2011). ICMAP: An interactive tool for concept map generation to facilitatelearning process. Procedia Computer Science, 3, p.p. 524–529.

 

Laura Gurzynski-Weiss. (2-14). Triangulating graduate instructor learning in FL teaching methods: Questionnaires, concept maps, and reflective teaching journals. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 141, p.p. 171 – 181

 

PP RI NO. 19 Tahun 2015. Standar Nasional Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

 

Stoner, James, A.F., Freeman, R. Edward, Gilbert Jr., Daniel, R. 2000. Manajemen, Terjemahan, Alexander Sindoro, Penerbit: Alexarindo.

 

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

 

Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan, 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

 

Sumiati, Asra, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

 

Tim Dosen. Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

 

Tsourela Maria et al. (2015). Collaboration learning as a tool supporting value co-creation: Evaluating students learning through concept maps. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 182, pp. 375 – 380.