ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan memiliki 4 tujuan.
(1) Penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep. (2) Penyiapan
guru kelas dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep. (3) Pelaksanaan
pembelajaran puisi dengan peta konsep. (3) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi dengan
peta konsep. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
etnografi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap
yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi sumber
dan teknik. Hasil dari penelitian ini ada 4 kesimpulan. (1) Proses penyiapan
kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep dimulai dari workshop penyiapan perangkat pembelajaran berupa Silabus, Program
Tahunan, Program Semester, RPP tentang keterampilan menulis karangan. (2) Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta
konsepmengacu pada tujuan pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP
sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. (3) Evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran puisi
dengan peta konsep dengan menyiapkan instrumen supervisi dan melaksanakan supervisi
untuk melihat tingkat keberhasilan guru di kelas dan melakukan pembinaan
terhadap hasil supervisi.
Kata kunci: pengelolaan, pembelajaran, puisi, peta konsep.
ABSTRACT
This
study describes having 4 objectives. (1) Preparation of learning management of writing essay with the
media of image. (2) Implementation of writing
essay with the media of image. (3) Evaluation of the implementation of writing
essay with the media of image. This study uses qualitative research with an
ethnographic approach. Data collection techniques through interviews,
observation and documentation. Data analysis techniques are carried out using
several stages, namely data collection, data reduction, data presentation, and
data verification. Data validity testing is carried out using source and
technique triangulation techniques. The results of this study are 3
conclusions. (1) The process of preparing a learning management of writing
essay with the media image starts from
the workshop on preparing learning tools in the form of Syllabus, Annual
Programs, Semester Programs, RPP on writing essay. (2 The implementation writing
essay with the picture media refers to the learning objectives listed in the
RPP in accordance with the Competency Standards, Basic Competencies and
Indicators. (4) Evaluation in the implementation of wri by preparing a
supervision instrument and carrying out supervision to see the success rate of
teachers in the classroom and to guide the results of supervision.
Keywords: management, learning,
poetry, Mind Mapping.
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha
orang dewasa dan pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing perkembangan
jasmani (ketrampilan), perilaku (karakter), dan pikiran intelektual. Proses
belajar mengajar adalah suatu aktivitas interaktif dari berbagai komponen untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam suatu perencanaan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah system yang terdiri dari barbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling memperngaruhi satu sama lain. Ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan demi keberhasilan dari proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di
kelas antara lain adalah: tujuan pembelajaran, kurikulum,
guru, murid, pendekatan mengajar, materi, metode, sumber
belajar, media pembelajaran, dan evaluasi. Guru memegang peranan yang
sangat penting terhadap hasil dari sebuah pembelelajaran. Oleh karena itu, guru harus benar-benar menguasai tugas
pokok dan fungsinya (tupoksi) yakni menyelenggarakan pembelajaran yang
baik.Salah satu mata pelajaran adalah Bahasa
Indonesia, siswa dilatih untuk terampil
menulis, meningkatkan pengetahuan dan juga menumbuhkembangkan hobi menulis bagi
siswa. Guru diharapkan memahami berbagai hal yang berkaitan
dengan keberadaan siswa, termasuk minat, sikap, perkembangan emosional dan
lingkungan budaya mereka. Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat
mengidentifikasi masalah yang ada di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
tetapi juga guru diharapkan kreatif di dalam menyelesaikan masalah tersebut
untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran.
Berdasarkan studi
pendahuluan yang penulis lakukan terhadap kepala sekolah dan guru kelas tinggi
di SD Negeri Joglo 76 Surakarta diperoleh informasi tentang model pembelajaran
yang digunakan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya dalam beberapa tahun
terakhir ini. SD Negeri Joglo 76 sudah menggunakan model peta konsep dalam
pembelajaran puisi untuk memudahkan siswanya dalam memahami dan menciptakan
puisi sebagai sebuah karya sastra. Selain hal itu, sekolah tersebut juga sarat
akan prestasi, di antarannya sebagai sekolah adiwiyata tingkat provinsi dan
akan maju lagi untuk tingkat nasional pada tahun ajaran 2018/ 2019 untuk
mewakili Provinsi Jawa Tengah. Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli
lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan yang indah. Seluruh warga
sekolah menciptakan, merawat, dan meningkatkan kualitas hidup sehat di
lingkungan sekolah dengan membuat sekolah menjadi hijau, menjaga kebersihannya,
pemisahan sampah organik dan anorganik, pembuatan pupuk kompos dari sampah
organik, dan masih segudang prestasi lainnya yang telah diraih oleh sekolah
tersebut. Hal- hal tersebut di atas menjadikan penulis tertarik untuk melakukan
pengkajian terhadap pembelajaran puisi dengan peta konsep pada siswa kelas
tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta.
Meskipun notabene sekolah
yang sarat akan prestasi, tetapi peneliti masih menemukan siswa yang sulit
dalam menulis puisi, diantaranya dalam membuat
tema puisi, kesulitan mengembangkan ide dalam puisi, memilih
kata yang tepat(diksi), dan penggunaangaya bahasa dalam puisi. Hal yang dijumpai ketika
penelitian, setelah tema puisi ditentukan, siswa sulit dalam mengembangkannya sehingga puisi tidak bisa
selesai dengan baik, karena
kekurangmampuan siswa untuk mengembangkan ide-ide
berdasarkan tema yang telah ditentukan sebelumnya.
Beberapa hal yang menjadi
alasan siswa dikatakan kesulitandalam
mengembangkan ide dalam penulisan puisi antara lain: 1)
Waktu yang dibutuhkan siswa
cukup lama dalam menyelesaikan menulis puisi,
2) Variasi
antara satu siswa dengan siswa lainnya dirasa masih kurang dalam menentukan
judul dengan tema yang sama, 3) baris setiap baitnya relatif
sedikit, 4) Pemilihan kata (diksi) masih kurang tepat, 5) Gaya bahasa yang masih belum
banyak ditemukan (jarang), sehingga lebih nampak seperti sebuah karangan narasi
dari pada sebuah puisi.
Jika dilihat dari suasana ketika pembelajaran puisi berlangsung, terlihat
siswa tampak bosan atau kurang tertaik,
indikasinya adalah: 1) Siswa melakukan hal-hal yang bersifat non
akademismisalnyamengobrol dengan teman semejanya dari pada menyelesaikan tugas
puisinya, 2) Ada beberapa siswa yang selalu bertanya kepada
temannya tentang menulis puisi, bahkan
banyak siswa mencontek hasil puisi temannya,
3) Suasana kelas ramai, 4) Beberapa siswa menulis puisi
dengan mencontoh puisi yang sudah ada di bukunya.
Hal-hal tersebut di atas terjadi karena antara lain: (1) Siswa belum melibatkan ikatan secara emosional terhadap penulisan puisi,
misalnya mengambil materi puisi dari pengalaman hidupnya; (2) Rendahnyaliterasi siswa; (3) Siswa belum mampu membedakan karangan narasi dengan
karya sastra bentuk puisi; (4) Siswa belum pandai menggunakan
gaya bahasa atau majas; (5) Apresiasi guru terhadap puisi
karya siswa masih kurang; (6) Terbatasnya guru dalam kemampuan mengajarkan
sebuah puisi; (7) Alokasi waktu untuk pelajaran puisi masih kurang; dan (8) Kurang tepatnya metode guru dalam pembelajaran puisi.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran puisi kurang menarik bagi siswa. Siswa mengembangkan puisi dari tema yang sudah
diberikan oleh gurunya. Guru harus kreatif dalam
menentukan metode ataupun teknik dalam mengajarkan materi puisi terhadap
peserta didiknya. Pembelajaran menuangkan ide- ide dalam penciptaan puisi dengan model
peta konsep adalah salah satunya.
Ada beberapa teori
yang mengatakan penggunaan peta konsep dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Peta konsep memberikan kemudahan
bagi otak untuk menerima sebuah materi dan mengambilnya kembali sewaktu-waktu (Buzan, 2011 : 4). Peta konsepadalah salah satu alternatif solusi yang dirasa tepat
sesuai dengan namanya, dapat memetakan
informasi-informasi di dalam kepala.
Dengan melihat peta konsepkita dapat mengetahui ide pokok dan ide-ide penjelasnya. Sistem ini seolah-olah peta yang bisa menunjukkan kota, desa-desa dan kenampakan alam lainnya beserta jalan yang menghubungkannya.
Kehebatan dari peta konsep ini adalah dapat mengeluarkan ide-ide dari
kepala dan membantu siswa memunculkan ide-ide dari sebuah kata kunci yang masih bisa dikembangkankemudian dibuat menjadi puisi yang indah. Kelenturan alur pada peta konsep dapat membantu siswa menggali ide
sebanyak-banyaknya secara bebas tanpa dibatasi seperti pada alur diagram
misalnya.Fleksibiltas dari alur peta konsep inilah yang dapat memacu siswa
untuk dapat mengembangkan ide, siswa dapat membuat beraneka ragam alur peta
konsep yang berupa bentuk laba-laba, akar pohon, gurita, dan bentuk yang lain sesuai
dengan kreativitas siswa.
Mengingat arti pentingnya pengelolaan pembelajaran puisi menggunakan peta konsep dalam menuangkan ide- ide dari sebuah tema untuk membuat puisi dan berbagai hambatan
yang melingkupinya, maka hal ini menjadikan menarik bagi peneliti untuk
membahas tentang ”Pengelolaan Pembelajaran Puisi dengan Peta Konsep pada Siswa
Kelas Tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta”.
B.
METODE PENELITIAN
Berkaitan dengan masalah yang dikajipenelitian ini mendeskripsikan4 hal.1. Perencanaan penyiapan kurikulum
pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo No.
76 Surakarta; 2. Penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi dengan peta
konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo No. 76 Surakarta; 3. Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta
konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo No. 76 Surakarta; 4. Evaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi
dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo No. 76 Surakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif.
Menurut Sugiyono (2012:1) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, penelitian
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data melalui triangulasi.
Penelitian ini akan mendalami, menguraikan, dan mendeskripsikan data-data tentang pembelajaran puisi dengan peta konsep
di SD Negeri Joglo 76 Surakarta
berupa perencanaan penyiapan
kurikulum, penyiapan
guru kelas, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran. yang disajikan
dalam bentuk deskripsi berupa kata-kata.Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji kredibilitas
data. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
C.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Perencanaan penyiapan kurikulum pembelajaran
puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta
Pada tahap perencanaan penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep
pada kelas tinggi dimulai dari kegiatan workshop penyiapan perangkat
pembelajaran. Perencanaan perangkat pembelajaran diantaranya adalah pembuatan
silabus, program tahunan, program semester, RPP, serta pembuatan program/
jurnal harian sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Penyiapan kurikulum
pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi terdapat 5 kegiatan.
a. Kegiatan pembelajaran diawali dengan workshop
penyiapan perangkat pembelajaran berupa Silabus, Prota, Promes, RPP.
Kegiatan pembelajaran di sekolah dasar ini diawali dengan penyiapan kurikulum pembelajaran melalui workshop penyiapan perangkat
pembelajaran berupa Silabus, Program Tahunan, Program Semester, RPP (PP RI nomor 19 tahun 2005). Dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep di sekolah ini melibatkan
kepala sekolah dan semua guru, seperti penelitian Meirawan (2010) yang
menyatakan untuk mewujudkan atau mendarah dagingkan budaya yang menjadi
karakter manusia bermartabat yaitu damai
(yang menjadi estetika) yang dapat diteruskan kepada orang lain dan generasi
selanjutnya perlu waktu yang cukup berkesinambungan dengan keikutsertaan
berbagai pihak melalui transformasi budaya dan pendidikan sepanjang hayat bagi
semua.
b. Perencanaan pembelajaran puisi
dengan peta konsep pada kelas tinggi belum bisa dilaksanakan secara utuh dan
menyeluruh dikarenakan banyaknya unsur-unsur puisi yang belum dapat dikuasai
siswa kelas tinggi dan banyaknya materi pelajaran yang diajarkan di kelas
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rahmat
Raharjo (2010) penerapan kegiatan perencanaan dalam proses pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk menentukan berbagai kegiatan yang akan dilakukan di
ruang kelas dalam kaitannya dengan upaya untuk mencapai tujuan dari proses
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan berbasis kompetensi, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran tersebut adalah kompetensi yang harus dimiliki siswa,
sehingga rencana pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menentukan kegiatan
yang akan dilakukan dalam kaitannya dengan upaya mencapai kompetensi yang
diharapkan, yakni kompetensi kognitif, afektif, dan kompetensi psikomotor.
Banyaknya unsur yang ada pada materi puisi akan terasa lebih mudah bagi siswa
jika menggunakan peta konsep. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan jurnal
Tsourela Maria (2015) bahwa peta konsep memudahkan dalam memahami konsep-konsep
yang banyak.
c. Guru kelasmenyediakan media atau alat peraga, menyiapkan lembar kerja siswa
dan setting kelas.
Guru kelas dalam mempersiapkan pembelajaran puisi dengan peta konsep
memerlukan usaha dan kreativitas, salah satu yang bisa dilakukan oleh guru
kelas adalah browsing/ googling
internet tentang bentuk peta konsep yang cocok, mengingat bentuk atau jenis
peta konsep cukup banyak, ada yang sederhana tapi juga ada yang rumit, maka
perlu disesuaikan dengan tingkatan kelas siswanya. Hal tersebut sejalan dengan
hasil penelitian Tony Buzan (2011) bahwa peta konsep memudahkan siswa dalam
memahami materi puisi karena memiliki berbagai bentuk, dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
d. Guru kelas
menyiapkan
rencana pembelajaran sesuai dengan
urutan format yang ada, menyediakan media, menyiapkan lembar kerja siswa dan
lembar evaluasi siswa, dan setting kelas.
Hal- hal yang menjadi fokus dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep
antara lain penciptaan puisi, pemilihan diksi yang tepat dan penggunaan majas
dalam pembuatan puisi tersebut. Hasil penelitian ini didukung dari jurnal
penelitian Hendijanifard Fatemeh dan
Kardan Ahmad (2010) bahwa peta konsep dibuat dengan menambahkan warna-warni
pada grafis atau teks dengan kata-kata yang menyertainya, sehingga akan tampak
lebih menarik dan memudahkan siswa.
e. Guru kelas menyiapkan alat
ukur untuk mengukur dalam
pembelajaran puisi dengan peta kosep.
Pembelajaran puisi dengan peta konsep yang dilakukan oleh guru kelas
belum bisa dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh dikarenakan banyaknya
unsur-unsur puisi yang belum dapat dikuasai siswa kelas tinggi dan banyaknya
materi pelajaran yang diajarkan di kelas. Perencanaan yang telah dibuat
ternyata tidak semuanya dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan dikarenakan
ada faktor-faktor penghambat yang kurang diperhatikan saat membuat perencanaan
hal ini bertentangan dengan pendapat Rahmat (2011) bahwa perencanaan adalah
hubungan antara apa yang ada sekarang (what
is), dengan bagaimana seharusnya (what
should be), bertalian dengan kebutuhan penentuan tujuan, prioritas, program
dan alokasi sumber. Bagaimana seharusnya dalam definisi ini mengacu pada masa
yang akan datang. Perencanaan disini menekankan pada usaha mengisi kesenjangan
antara keadaan sekarang dengan apa yang dicita-citakan maksudnya menghilangkan jarak
antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan. Hal ini
sejalan dengan jurnal penelitian Laura Gurzynski (2006) bahwa penggunaan peta
konsep akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik.
2.
Penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi
dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta
Ada4
hal yang diperoleh peneliti dalam penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi
dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta.
a.
Dalam melaksanakan
pembinaan professional guru, kepala sekolah bisa menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki kualifikasi D III agar
mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga mereka dapat menambah wawasan
keilmuan dan pengetahuan yang menunjang tugasnya.
Hal-hal yang dapat dilakukan kepala sekolah adalah dengan melaksanakan pembinaan professional guru, antara lain: menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang
memiliki kualifikasi DIII agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, bagi yang memiliki kualifikasi S1
melanjutkan ke jenjang S2, sehingga
mereka dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang menunjang tugasnya. Hal ini memberikan dampak secara
signifikan terhadap proses maupun output dalam kegiatan pembelajaran guru
tersebut di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan Stoner, Tim Dosen (2010) yang
menyatakan bahwa untuk mencapai suatu tujuan organisasi salah satunya dengan
meningkatkan sumber daya manusia secara profesional dan terstruktur dengan
baik.
b. Untuk meningkatkan prefossional guru yang sifatnya
khusus, bisa dilakukan kepala sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui
seminar dan pelatihan yang diadakan Diknas maupun di luar Diknas. Hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam membenahi dan metodologi
pembelajaran.
Untuk meningkatkan
prefossional guru yang sifatnya khusus, bisa dilakukan kepala sekolah dengan
mengikutsertakan guru melalui seminar, pelatihan, pendidikan dan pelatihan,
workshop yang diadakan diknas maupun di luar Diknas. Hal
tersebut dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam membenahi dan metodologi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
penelitian Sule dan Saefulla (2010) yang menyatakan bahwa untuk
mengimplementasikan program yang sudah baik maka harus didukung oleh sumber
daya yang ada, rasa tanggungjawab yang tinggi dari setiap elemen organisasi.
Terlebih lagi hal-hal tersebut di atas memiliki andil yang besar dalam karier
guru itu sendiri, setiap satu kegiatan di atas memiliki angka kredit yang dapat
digunakan oleh guru untuk mengajukan Penilaian Angka Kredit (PAK) khususnya
untuk mendapatkan nilai Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Antusiasme guru untuk mengikuti kegiatan di atas untuk waktu sekarang sangat
tampak dan jelas. Hal ini memberikan warna yang baik di dunia pendidikan.
c.
Peningkatan
prefessionalisme guru melalui KKG (Kelompok
Kerja Guru). Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk
mencari berbagai pengalaman mengenai metodologi pembelajaran dan bahan ajar
yang dapat diterapkan di dalam kelas.
Peningkatan
prefesionalisme guru melalui KKG (Kelompok
kerja guru). Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari berbagai
pengalaman mengenai metodologi pembelajaran dan bahan ajar
yang dapat diterapkan di dalam kelas. Ada kelompok-kelompok kecil berdasarkan kelasnya.
Kelompok-kelompok ini akan membuat rencana kerja dan kepengurusan
masing-masing.
d. Meningkatkan kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru
tidak dapat diabaikan, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam
peningkatan kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan.
Kesejahteraan guru tidak dapat
diabaikan, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan
kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan. Hal ini misalnya dengan dibentuknya koperasi sekolah yang menjual peralatan dan
perlengkapan sekolah. Keuntungan dari koperasi dapat digunakan untuk memberikan
intensif kepada guru diluar gaji. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat fokus
ketika harus menyiapkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Khususnya pembelajaran materi puisi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
3.
Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta
konsep pada kelas tinggi di SD Negeri Joglo 76 Surakarta
Berdasarkan hasil penelitian dapat
ditemukan 5 temuan dalam pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi di SD
Negeri Joglo 76 Surakarta.
a.
Tujuan
pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP sesuai dengan SK, KD, dan Indikator
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan,
yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager
(Sumiati dan Asra, 2009:10) memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan
pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang
menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Untuk menyampaikan
tujuan pembelajaran sebaiknya dilakukan guru ketika akan memulai kegiatan
belajar mengajar, hal ini dimaksudkan supaya siswa mengetahui dan memahami
hal-hal yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir. Tujuan
pembelajaran adalah penjabaran dari indikator-indikator
yang telah ditetapkan oleh guru di RPP.
b.
Materi
pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP mengacu kepada tujuan pembelajaran
Robert F. Meager (Sumiati dan Asra, 2009:10) saat mengajar konten materi pelajaran adalah
salah satu peran seorang guru, maka guru harus melakukan peningkatan dalam
kualitas bangunan dan sumber daya manusia terbesar. Penelitian ini menunjukkan
bahwa kemampuan guru dalam menentukan materi yang akan diajarkan akan mampu
menghasilkan peserta didik yang hebat.
c.
Metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah, tanya jawab,
diskusi dan penugasan.
Penggunaan berbagai metode
dalam pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian usaha tersebut hal ini
selaras dengan penelitian Sumiati dan Asra, (2009:92) ketepatan
penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran,
materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas,
situasi dan kondisi dan waktu. Metode yang digunakan guru disesuaikan dan
proporsional terhadap materi yang diajarkan pada siswa, ada metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, dan penugasan.
d.
Media
pembelajaran yang digunakan adalah gambar atau bentuk peta konsep, LCD
Media pembelajaran juga mempunyai peran dalam memudahkan
seorang guru dalam menyampaikan materi kepada anak hal ini sesuai dengan
penelitian Kemp dan Dayton (1985: 15) yang mengungkapkan bahwa media
dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Selain
itu, media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja.
e.
Penilaian
pembelajaran yang dipakai adalah penilaian pengetahuan penilaian sikap
spiritual, dan ketrampilan.
Bahwa penilaian pembelajaran
harus utuh dalam menilai kemampuan anak yang mencakup aspek afektif, kognitif,
dan psikomotorik. Penelitian ini menemukan bahwa (1) dari segi waktu: waktu
untuk menyelesaikan puisi lebih cepat, semua siswa dapat menyelesaikan tugas
puisinya, siswa lebih bisa mengontrol waktu; (2) dari segi judul puisi: judul
lebih bervariasi, siswa tidak ada yang menyontek, bertema pada lingkungan
sekitar, judul sesuai tema yang dikembangkan, judul lebih singkat dan padat;
(3) dari segi jumlah baris: jumlah bait dan baris bertambah, pola kalimat
mengandung makna, kata sesuai kedudukannya; (4) dari segi diksi: pemilihan kata
bagus, makna puitis, isi sesuai konteksnya, kata-kata wajar dapat diterima
sesuai usia; (5) dari segi majas: puisi yang dibuat menggunakan majas, majas
bervariasi, majas menguatkan makna, sederhana tetapi mudah dimengerti; (6) dari
segi suasana pembelajaran puisi dengan peta konsep: siswa aktif dalam KBM,
perhatian siswa terpusat pada materi puisi, siswa termotivasi dalam menulis
atau mencipta puisi, siswa merasa senang selama KBM.
4.
Evaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi
dengan peta konsep pada kelas tinggi SD Negeri Joglo 76 Surakarta
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 2 hal yang didapat darievaluasi pelaksanaan pembelajaran
puisi dengan peta konsep di SD Negeri 76 Surakarta.
a.
Kepala sekolah
menyiapkan instrument supervisi kemudian melaksanakan supervisi untuk melihat
sejauh mana tingkat keberhasilan guru dalam pembelajaran puisi dengan peta
konsep di kelas tinggi dan melakukan pembinaan terhadap hasil supervisi.
Perencanaan dan pelaksanaan
supervisi dimaksudkan untuk mengukur tingkat ketercapaian antara apa yang
direncanakan dan yang dihasilkan hal ini sesuai dengan teori Tyler (1949)
evaluasi kurikulum adalah upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi
pada hasil belajar (behavior).
Sedangkan Cronbach (1980) memberikan definisi evaluasi kurikulum adalah proses
pemeriksanaan sistematis terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu suatu
kurikulum dilaksanakan dan akibat dari pelaksanaan pengembangan kurikulum
tersebut.
b. Kepala sekolah melakukan tindak lanjut berupa
pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas.
Analisis hasil supervise dan
berdasarkan kebutuhan hal ini sesuai dengan penelitian Chi-Min (2009)
menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah-sekolah di Taiwan juga di
sekolah-sekolah di tempat lain. (1) Kepala Sekolah dan staf membiasakan diri
secara mendalam dengan filosofi dan proses proyek dalam rangka meningkatkan
laju pengembangan professional mereka. (2) Guru membutuhkan bantuan dari
akademis atau penerbit untuk mengembangkan suara, konsentrasi dan paket
kegiatan dan RPP yang terintegrasi, cocok pengembangan kurikulum berbasis
sekolah.
D.
SIMPULAN
Setelah melaksanakan
penelitian yang terdiri dari observasi, pengumpulan data, analisis data serta
melakukan perbandingan dengan hasil penelitian yang terdahulu, maka ada 4 kesimpulan dari hasil
penelitian ini.
1. Penyiapan kurikulum pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas
tinggi.
Penyiapan kurikulum dalam
pembelajaran puisi dengan peta konsep di sekolah dasar negeri ini disusun melalui kegiatan workshop awal semester
dengan hasil berupa perangkat pembelajaran diantaranya silabus, program
tahunan, program semester, RPP. Pembelajaran puisi dengan peta konsep yang
direncanakan belum bisa terealisasi secara keseluruhan dikarenakan banyaknya
unsur-unsur yang ada pada puisi itu sendiri dan adanya keterbatasan waktu yang
tersedia untuk materi yang cukup banyak. Guru kelasmenyediakan media atau alat peraga, menyiapkan lembar kerja siswa, bentuk peta konsep yang cocok, mengingat bentuk
atau jenis peta konsep cukup banyak ada yang sederhana tapi juga ada yang
rumit, maka perlu disesuaikan dengan tingkatan kelas siswanya, dan terakhir
adalah setting kelas. Guru kelas menyiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan
urutan format yang ada, menyediakan media, menyiapkan lembar kerja siswa dan
lembar evaluasi siswa, dan setting kelas. Hal- hal yang menjadi fokus dalam pembelajaran puisi
dengan peta konsep antara lain penciptaan puisi, pemilihan diksi yang tepat dan
penggunaan majas dalam pembuatan puisi tersebut.Guru kelas menyiapkan alat ukur dalam
pembelajaran puisi dengan peta konsep untuk mengukur, antara lain: 1) waktu yang diperlukan siswa untuk
membuat puisi lebih cepat, 2) judul yang dibuat siswa lebih variatif, 3) jumlah
baris, kata, jumlah majas, dan koherensi, 4) pemilihan diksi, 5) majas sudah
mulai digunakan siswa.
2. Penyiapan guru kelas dalam pembelajaran puisi dengan
peta konsep pada kelas tinggi.
Dalam melaksanakan pembinaan
profesional guru, kepala sekolah bisa menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki kualifikasi D III agar
mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga mereka dapat menambah wawasan
keilmuan dan pengetahuan yang menunjang tugasnya.Peningkatkan prefossional guru yang sifatnya khusus, bisa dilakukan kepala
sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui seminar dan pelatihan yang
diadakan Diknas maupun di luar Diknas. Hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kinerja guru dalam membenahi dan metodologi pembelajaran. Peningkatan prefessionalisme guru melalui KKG (KelompokKerja Guru). Melalui
wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari berbagai pengalaman mengenai
metodologi pembelajaran dan bahan ajar yang dapat diterapkan di dalam kelas. Kesejahteraan guru tidak dapat diabaikan, karena merupakan salah satu
faktor penentu dalam peningkatan kinerja, yang secara langsung terhadap mutu
pendidikan.
3. Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas
tinggi
Pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep pada kelas tinggi
antara lain dengan memperhatikan beberapa hal. Tujuan pembelajaran disusun secara dengan kompetensi dasar dan indikator
sehingga memudahkan guru dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep.Materi
pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan sehingga membantu guru dalam
pembelajaran puisi dengan peta konsep kepada siswa.Metode yang digunakan guru
dalam pembelajaran cukup bervariatif dan cukup efektif untuk pembelajaran puisi
dengan peta konsep kepada siswa.Media yang digunakan berupa LCD, gambar/ bentuk
peta konsep membantu guru dalam memudahkan pembelajaran puisi dengan peta
konsep. Penilaian yang dilakukan guru mencakup 3 aspek yaitu penilaian
pengetahuan, penilaian sikap, dan penilaian ketrampilan, penilaian pengetahuan
mempunyai kedudukan yang penting dalam pembelajaran puisi dengan peta konsep,
karena tujuan pembelajarannya adalah penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran.
4. Evaluasi pelaksanaan pembelajaran puisi dengan peta konsep di sekolah dasar negeri ini.
Kepala sekolah menyiapkan
instrumen supervisi dan melaksanakan kegiatan supervisi untuk mengetahui ketercapaian kurikulum yang dilaksanakan. Kepala sekolah menindaklanjuti
temuan pada saat supervisi dengan cara melakukan pembinaan secara langsung
maupun pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Buzan, Toni. 2011. Buku Pintar Mind
Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chi- Ming. 2009. The Planning, implementation and evaluation
of character-based school culture project in Taiwan, Journal of Moral
Education, 38: 2, 165 – 184.
Hendijanifard Fatemeh et al. (2011).
ICMAP: An interactive tool for concept map generation to facilitatelearning
process. Procedia
Computer Science, 3, p.p. 524–529.
Laura Gurzynski-Weiss. (2-14). Triangulating graduate instructor learning in FL teaching
methods: Questionnaires, concept maps, and reflective teaching journals. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
141, p.p. 171 – 181
PP RI NO. 19 Tahun
2015. Standar Nasional Pendidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia
Stoner, James, A.F.,
Freeman, R. Edward, Gilbert Jr., Daniel, R. 2000. Manajemen, Terjemahan,
Alexander Sindoro, Penerbit: Alexarindo.
Sugiyono. 2015. Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sule, Ernie Tisnawati
dan Saefullah, Kurniawan, 2010. Pengantar
Manajemen. Jakarta: Kencana.
Sumiati, Asra, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Tim Dosen.
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tsourela Maria et al. (2015). Collaboration learning as a tool
supporting value co-creation: Evaluating students learning through concept maps. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 182, pp. 375 – 380.